Alasan dilarangnya penggunaan Hp selama selama jam belajar di MAN “MODEL” Pangkalpinang antara lain; yang pertama, siswa lebih fokus pada Hp yang dibawanya dari pada berkonsentrasi pada materi pelajaran yang dipelajari. Tidak jarang siswa mengoperasikan Hp nya bahkan pada saat jam belajar berlangsung dengan berfacebookan, SMS, chatting, bermain Game, mendengarkan music. Sehingga dikhawatirkan mereka tidak bisa menguasai materi pelajaran yang disajikan.
Yang kedua, bukan tidak mungkin ketika Hp diijinkan dibawa saat jam belajar berlangsung, mereka menggunakannya untuk mengunduh situs-situs yang membahayakan bagi perkembangan moral dan akhlaknya, seperti, mengunduh situs porno yang sama sekali tidak boleh dilihat oleh pelajar yang secara psikologi bisa mempengaruhi perkembangan jiwanya. Atau sekedar menyaksikan situs-situs porno yang telah mereka unduh sebelumnya. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan visi dan missi Madrasah yang mentargetkan pencapaian out put dengan akhlak dan moralitas yang baik.
Alasan lainnya adalah, tidak jarang siswa menggunakan Hp-nya untuk saling bertukar jawaban saat ulangan berlangsung. Hal ini tentu akan mengganggu motivasi siswa saat belajar. Mereka akan memiliki kecenderungan untuk meminta atau bertukar jawaban saat ulangan berlangsung dari pada belajar untuk menguasai materi pelajaran. Dengan demikian nilai-nilai kejujuran yang semestinya dipegang teguh terkoyak dengan sendirinya. Yang lebih parah lagi, hal ini tentu akan mengurangai respek mereka terhadap para guru yang mengajar, karena target mereka adalah bisa menjawab soal bukan menguasai materi pelajaran.
Alasan ke empat, Hp bisa memunculkan kecemburuan sosial diantara siswa. Siswa yang berasal dari keluarga yang mampu tentu memiliki kecenderungan untuk memiliki Hp dengan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan siswa yang kurang mampu. Bahkan tidak jarang mereka akan berlomba lomba untuk memiliki Hp yang lebih mahal untuk mengangkat status sosial diantara mereka.
Kelima, penggunaan Hp yang berlebihan oleh para pelajar bisa memunculkan kecurangan keuangan. Mereka terkadang lebih memprioritaskan memenuhi kebutuhan keuangannya untuk membeli pulsa atau membeli Hp baru dari pada memenuhi kewajiban mereka untuk membeli buku pelajaran, membeli perlengkapan sekolah, atau bahkan untuk membayar kewajiban iuran sekolahnya. (TRI EDY KESUMO R.)