>>>SELAMAT DATANG DI MAN MODEL PANGKALPINANG Jl. Depati Amir No. 53 Km. 4 Telp. 0717-421138 Email:manmodelpkp@ymail.com >>> Admin:Komarul Hadi

Jumat, 21 Oktober 2011

Tipe-Tipe dan Peran Ibu dalam Mendidik Anak: Tinjauan Normatif dan Psikologis tentang pola asuh Orang Tua


Setiap agama seantero bumi ini pasti memberikan ajaran dan tuntunan yang baik kapada pemeluknya, terlebih ketika berbicara tentang kemuliaan seorang ibu dan bagaimana memuliakannya. Sebuah riwayat diceritakan bahwa ada seorang anak menghadap Nabi bertujuan ingin menanyakan tantang siapa orang yang paling utama dan pertama untuk dihormati dan ditaati, kemudian nabi menjawab tiga kali berturut-turut adalah seorang ibu. Riwayat ini memberi pembelajaran kepada setiap anak bahwa Islam sangat apresiatif dan menjunjung tinggi peranan penting seorang ibu dalam mendidik anak-anak mereka.
Ungkapan luhur mengatakan ibu adalah guru yang pertama dan paling utama bagi anak. Ungkapan ini tidaklah berlebihan bila dilihat peran dan fungsi ibu dalam rumah tangga terlebih dalam menyiapkan generasi penerus mereka. Sejak pagi sampai pagi kembali seorang ibu disibukkan oleh pekerjaan yang bersifat rutinitas di rumah, dari mengurus keperluan suami sampai kepada anak-anak. Keterlibatan mereka tidak melulu mengurus rumah tangga tetapi yang lebih essensial adalah mendidik seisi rumah yang tentu bekerja sama dengan suami sebagai kepala keluarga. nakhoda bahtera dalam mengarungi samudera kehidupan berumah tangga.
Peran ibu sebagai pendidik yang utama dan paling pertama belum disadari (kalaupun sudah, belum menjadi gerakan yang menyeluruh) sepenuhnya oleh para ibu, apalagi dengan alasan wanita karier. Wanita karier beranggapan bahwa isteri tidak hanya beraktivitas dalam wilayah domistik, (mengurusi anak dan suami) tetapi berhak pula untuk membantu suami bekerja menghasilkan pendapatan. Hal ini tidak salah bila melihat kesetaraan gender dan hak untuk mendapat kesempatan yang sama dalam memperoleh pekerjaan. Namun ada satu hal yang luput dari pengamatan bahwa wanita karirpun semestinya tidak melepaskan perannya sebagai ibu bagi anak-anak dan pendamping setia suaminya.
A.      Peran Ibu Dalam Keluarga
Allah menciptkan manusia berpasang-pasangan yaitu laki-laki dan perempuan. Ini merupakan sunnatullah dan hak prerogative-Nya yang harus disyukuri. Ketika ada individu yang menginginkan pasangan hidupnya sesama jenis berarti sudah menyalahi kodrat. Laki-laki suka kepada sesama jenis (homo) dan juga sebaliknya (lesbi) merupakan penyimpangan terhadap ketentuan. Sedangkan untuk menciptakan ke-sakinah-an, keharmonisan, kebahagiaan, hal itu merupakan ikhtiar manusia seutuhnya.[1]
B.      Peran Ibu Dalam Tumbuhkembangnya Anak
Psikologi membedakan pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan lebih mengarah kepada aspek fisik sedangkan perkembangan berdimensi psikis. Secara umum perkembangan adalah suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan continue (berkesinambungan) mulai dari masa konsepsi sampai akhir hayat.
Perubahan sistematis maksudnya perubahan yang bersifat saling mempengaruhi antar aspek perkembangan. Progresif  adalah perubahan yang bersifat maju, meningkat, mendalam, atau meluas. Sedangkan berkesinambungan maksudnya bahwa perubahan tersebut akan terjadi berlangsung secara berurutan atau beraturan.
Arti yang lain menyebutkan bahwa perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlangsung terus selama siklus kehidupan. Dalam perkembangan terdapat pertumbuhan. Pola gerakan itu kompleks karena merupakan hasil (produk) dari beberapa proses; proses biologis, proses kognitif dan proses sosial.[2]
C.      Tipe-Tipe Ibu Dalam Mendidik.
Dalam perspektif teoritis, tipe pendidikan (pola asuh) yang diterapkan oleh setiap ibu kepada anaknya sangat beragam.
1.       Tipe Playful Mother (Ibu yang Menyenangkan)
Ibu yang memiliki tipe ini cenderung memiliki karakter yang spontan, tidak banyak fikiran, suka bereksperimen, trendi dan hangat. Tipe ini dapat memposisikan sebagai teman bagi anaknya dapat mendorong rasa ingin tahu.[3] Bahkan mampu mengarahkan kenakalan anak-anaknya, bersikap kriris terhadap lingkungan.
Orang tua terutama ibu tidak dianggap sebagai sosok yang menakutkan tetapi menjadi teman yang saling berbagi, shering terhadap masalah-masalah yang dihadapi anak-anaknya. Hubungan yang setara ini dapat menumbuhkan sifat demokratis dan fleksibel kepada aturan-aturan tetapi penuh dengan tanggungjawab.
2.       Tipe Natural Mother (Ibu yang alami)
Tipe ini memiliki kepribadian ceria, pintar, penuh kasih sayang. Ibu menginginkan anaknya hidup bahagia, mandiri dan terbuka.[4] Ia menggunakan pendekatan santai dalam mendidik anaknya sehingga seolah-olah kelihatan alami. Hal ini nampak sangat natural, sebagaimana alaminya seorang ibu yang selalu ingin menunjukan kasih sayang, dan mudah bergaul.
Ibu yang memiliki tipe ini dapat membentuk lingkungan, lebih peduli untuk mendorong anaknya lebih mandiri, dia menyadari bahwa masa anak harus dinikmati. Tidak heran dalam setiap aktivitasnya selalu mengarahkan dirinya menjadi sosok ibu yang alami dan kodrati.
3.       Tipe Protektive Mother (Ibu pelindung)
Protektive mother adalah ibu yang berjiwa protektif (ibu yang selalu ingin melindungi anak-anaknya bahkan cnderung over protektive). Ibu sangat hati-hati, rajin, mengabdi, lembut konservatif dan tidak suka resiko. Ia menginginkan anaknya innocent, lemah-lembut dan bahagia, berharga dan terlindungi. Ia menginginkan dirinya menjadi sumber utama yang memberikan perlindungan bagi kenyamanan anaknya. Bagi ibu seperti ini anak adalah segalanya.
Namun kadang terlalu proteksi terhadap anak sehingga pada masa-masa tertentu dapat menajadi hambatan bila tidak dikomunikasikan secara harmonis. Tipe ini mirip dengan pola orang tua yang asertif yaitu tegas, senantiasa menunjukkan sikap jelas, tegas dan tak terbantahkan.[5]
4.       Tipe Indpendent Mother (Ibu Mandiri)
Ibu yang memiliki tipe independen ini lebih bersikap aktif, suka berpetualang, berani dan mandiri. Menginginkan anaknya energik, sehat dan mandiri, selalu ingin tahu terhadap hal-hal yang baru.[6] Ibu ini percaya dengan kemampuannya dalam menjalankan perannya dan bisa bersikap tenang. Menjadi ibu adalah petualangan yang penuh kenikmatan.
Kemandirian ibu tersebut memberikan semangat dalam menjalankan tugasnya di rumah. Mereka tidak mau tergantung dengan orang lain. Suami merupakan partner kerja yang sinergis untuk mengelola rumah tangga berdasarkan tugas atau job yang disadari masing-masing.
5.       Tipe The Ambitius Mother (Ibu Ambisius)
Tipe ibu ini lebih beroreintasi pada tujuan yang mengharapkan kesuksesan. Dia lebih mementingkan gaya, dan cenderung penuntut.[7] tipe ibu seperti ini menaruh harapan besar besar kepada anaknya, disetiap kesempatan berharap anaknya bisa penjadi yang terbaik dan menjadi pemenang. Tipe ini bersikap disiplin.[8] Dia bangga bila dapat memberikan yang terbaik kepada anaknya. Sehingga ia selalu bekerja keras untuk menyalurkan bakat anaknya supaya sukses di masa yang akan datang.
6.       Tipe The Competent Mother (Ibu kompeten)
Ibu tipe ini lebih bertanggungjawab, rasional, bepikir jernih, teliti, dan selalu memiliki informasi mutakhir. Mereka menginginkan anaknya dibesarkan dengan baik, bersih, dapat tampil, memiliki kemampuan menganalisa, dan menguasai ketrampilan. Pola pendidikan terencana dengan baik, tingggal di lingkungan yang sempurna, dan pendekatan yang sistematis, serta merasa bangga bila dapat memberikan anaknya permulaan yang  baik.
D.      Peran Ibu Dalam Prespektif Islam
Islam memandang ibu pada derajat kemanusiaan yang tinggi. Penghormatan Islam sangat jelas karena kehadiraan manusia di dania ini berkat perantaraannya. Secara eksplisit hal ini ditegas dalam al-Qur’an surat an-Nahl : 78 dan surat az-Zumar ayat 6, “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. an-Nahl : 78)  “Dia menciptakan kamu dari seorang diri Kemudian dia jadikan daripadanya isterinya dan dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain Dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan”(QS. az-Zumar ayat 6)
Maksud tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim.[9] Betapa berat seorang ibu mengandung, melahirkan, mengasuh serta mendidik anak-anaknya bahkan digambarkan dalam al-Qur’an dengan “wahnan ‘ala wahnin (sakit yang begitu berat ketika melahirkan). Gambaran ini dapat dilihat dalam surat Lukman ayat 14:  “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu”.
Ketika Nabi Muhammad ditanya oleh para sahabatnya tentang orang yang paling dahulu diberikan kebaktian sebagaimana telah diungkapkan di atas, maka Nabi menjawab “Ibu” sampai tiga kali baru kemudian “ayah”. Ini membuktikan bahwa ibu sangat tinggi kedudukannya di hadapan manusia begitu pula dalam ajaran Islam
Islam memberikan kedudukan tinggi tersebut seimbang dengan peran dan fungsi ibu dalam kehidupan kemanusiaan. Peran Ibu sebagai hamba Allah secara vertikal sama dengan peran dan fungsi manusia yang lain yaitu makhluk yang terbebani oleh “taklifi” Tuhan, sebagaimana firmannya (QS Adz-Dzariat ayat 56) :  Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Namun secara horizontal, hablum minannas ibu memiliki peran yang tidak sedikit. Disamping mengabdi kepada suami, mengasuh dan mendidik anak serta bersosialisasi dengan masyarakat.
1.       Tugas terhadap Pasangan Hidup (Suami)
Manusia sebagai makhluk yang berpasang-pasngan akan selalu membina dan berusaha untuk menjalin hubungan yang hormonis. Ini dibuktikan dengan aqad atau ijab-qabul dalam pernikahan. Melalui pernikahan, menurut al-Ghazali dalam Muhammad al-Baqir paling tidak sedikitnya ada lima faedah yang akan diperoleh, yaitu : pertama memperoleh anak, kedua mematahkan (menyalurkan) syahwat, ketiga menghibur diri, keempat menambah anggota keluarga, dan berjuang melawan kecenderungan nafsu dan kelima mengatasi bermacam keadaan yang timbul karena semua itu (nafsu) .[10]
Istri sebagai pasangan suami memiliki peran dan tanggungjawab bersama untuk saling menjaga hak dan kewajiban. Salah satu contoh yang digambarkan dalam Al-Qur’an terdapat pada surat An-Nissa 34 :   “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

Suami sebagai kepala keluarga mempunyai tanggungjawab untuk memimpin isteri, sedangkan isteri mempunyai tanggungjawab untuk menjaga amanat suaminya ketika tidak ada di rumah. Ayat di atas secara jelas bahwa wanita sholehah adalah wanita yang taat kepada Allah dan memilihara diri ketika suaminya tidak ada.
2.       Tugas Mengasuh dan Mendidik Anak
Pada akhirnya sebagai konsekwensi logis pernikahan akan hadir anggota keluarga baru bernama anak. Peran ini merupakan sifat alamiyah seorang ibu ketika sudah memiliki keturunan. Secara alami ibu mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh dan mendidik anak. Realita ini menempatkan ibu secara kodrati selalu berhubungan dengan anak-anaknya. Maka tidak heran ikatan emosional anak dengan ibu lebih besar daripada dengan ayahnya. Al-Qur’an menggambarkan perjuangan ibu ketika melahirkan anak yang berada dalam kandungannya (QS. Lukman :14):   
 “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu”.
3.       Tugas dan Peran Sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Penanaman nilai-nilai sosial berawal dari rumah. Ibu yang lebih banyak berinteraksi dengan anak daripada ayahnya memposisikan mereka secara intens untuk mewariskan nilai, norma, dan sstem social. Secara eksplisit Al-Quran telah menggariskan bahwa manusia memiliki dua kutub dalam berinteraksi, pertama interaksi dengan Tuhannya (Hablum minallah) dan interaksi dengan manusia (hablum minannaas).  Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu. Karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.”
Peran sosial dilakukan untuk mengenalkan keluarga ke masyarakat. Sosialiasi ke tetangga, keluarga suami dan isteri merupakan hal yang melekat dalam diri seorang ibu sehingga akan memberikan ruang di wilayah public untuk lebih berinteraksi dengan masyarakat yang lebih luas.
Islam sangat mengapresiasi tugas dan peran ibu sehingga Islam memberikan tempat yang sangat istimewa bagi para ibu yang benar-benar berfungsi dan berperan seperti ajaran Tuhan. Ungkapan yang sering terdengar dengan segala keistimewaannya nabi bersabda: “surga berada di bawah telapak kaki ibu”.
 Konsep Baetie Jannati, rumahku-surgaku adalah simbol keberhasilan ibu dalam memanage/mengatur kehidupan berumah-tangga. Rumah ada surga karena di rumah itu pula ada seorang ibu tempat bersemayamnya surga. Kebahagiaan di rumah adalah refleksi kerja keras istri/ibu dalam memberikan perannya dalam membangun dan membina anggota keluarganya sehingga mereka merasa mempunyai tugas dan tanggungjawab yang sama untuk mencapai tujuan bersama.
by created :   Edi Sugianto










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Anda Isi Komentar Anda Pada Kolom Ini. Thank You

Tip & Trik Mempercepat Proses Kerja Komputer (Info IT)

Agar supaya kinerja komuter kita lebih Optimal ada langkah-langkah yang harus dilakukan :
- Membuang file tempori (file tidak tetap) pada hardisk dan sistem komputer dengan cara (Klik Start - Klik Programs - Klik SystemTools - Pilih Disk Clean Up { Cek list semua file pada kotak dialog tersebut } klik oke.
- Menyusun ulang fartisi dan claster pada hardik dengan cara :
(Klik Start - Klik Programs - Klik SystemTools - Pilih Degfragment) - Klik oke (Proses ini agak lama).
- Menambah kecapatan memori komputer dengan cara menambah kapasitas RAM (Ramdom Acces Memori) lebih besar dari RAM yang semula. Contoh dari 128 mb menjadi 256 atau 512 mb.
- Membuang program- program yang memerlukan memori yang besar untuk loading contoh : Adobe CS2, Corell draw, dan Games tiga demensi.

Lomba Karoeke Antar kelas MAN Modelpkp

Lomba Karoeke Antar kelas MAN Modelpkp

Peserta Pelatihan ICT MAN Pkp

Peserta Pelatihan ICT MAN Pkp

Pembacaan Puisi Perpisahan Guru MAN Model Pangkalpinang

Pembacaan Puisi Perpisahan Guru MAN Model Pangkalpinang

PIKR

Pawai Ta'aruf 2011

Pawai Ta'aruf 2011

Apel 17 Agustus 2011

Apel 17 Agustus 2011